Jumat, 25 Januari 2013

DEFINISI KERAJAAN


1. MAKNA PENYEMBAHAN.

Steruktur ketaatan dan kepatuhan manusia kepada Robbnya (Allah) adalah suatu bentuk peribadatan penyembahan manusia kepada Allah.
Steruktur ketaatan dan kepatuhan manusia terhadap penciptanya (Allah) hanya bisa terealisasikan dengan adanya kenabian, atau sistem kekhilafahan ala minhaju,nubuah.
Kepemimpinan nabi-nabi dan kepemimpinan kekhilafahan yang bersistemkan kenabian (minhaju,nubuah), adalah satu-satunya legalitas pemegang kekuasaan Allah dimuka bumi yang diamanatkan kepadanya, guna mengatur millah (agama) manusia.
Kekilafahan  minajunubuah adalah kelanjutan atau kekukuhan, dari pada misi para nabi dan rasul yang tugas dan fungsinya adalah menegakan agama Allah dengan menjalankan semua perintah dan laranganNya tanpa intervensi manusia itu sendiri, yang dimaksud dengan intervensi disini ialah tidak merobah isi dari al kitab suci, entah itu ditambahkan atau dikurangi, apa lagi sampai membuang keseluruhannya dari kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai pemimpin negara ia tidak campur tangan didalam menjalani kebijakan-kebijakan Allah swt, ia hanya turun tangan (sebagai petugas,dan sebagai hambah).

Allah sudah mengajarkan kepada manusia, bagaimana semestinya hidup di alam ini yang jumblah manusia semakin bertamah banyak.

A014
"Kemudian kami jadikan kamu penguasa-penguasa di muka bumi sesudah mereka supaya kami memperhatikan bagai mana kamu berbuat."(Qs.Yunus:14)

"Sesudah mereka" bisa bermakna penguas-penguasa yang zalim seperti Firaun,Samud, Namrud, Kaum Ad dll, juga bisa bermakna sepeninggalan para nabi dan rasul, initinya bahwa manusia harus bersosialisasi dalam satu ikatan kemasyarakatan, hanya saja bentuknya seperti apa. 'kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat".  maknanya ialah bahwa Allah akan selalu mengawasi dan memintai pertanggung jawaban di dalam menjalani bentuk kekuasaannya/ pemerintahannya yang telah diwariskan kepadanya dari penguasa sebelumnya. Artinya bahwa penguasa-penguasa yang ada di dunia ini akan ditanyai oleh Allah di dalam menjalani roda kekuasaannya dalam bentuk /model pemerintahan yang seperti apa ? 

Semua para nabi atau rasul di dalam menunaikan misi risalahnya, misti / wajib mendirikan atau membangun suatu negara sebagai tempat untuk melaksanakan semua perintah-perintah Allah yang telah di wahyukannya, maka tidak benar jika ada pendapat yang mengatakan para nabi tidak mendirikan negara/ pemerintahan. Namun setelah para nabi wafat maka kepemimpinan pemerintahannya, di lanjutkan kepada orang-orang yang telah diwariskan al kitab suci para nabi, atau kepada umatnya yang setia sejak awal kerasulannya di dalam mendakwahkan wahyu-wahyu Allah sebagai pedoman hidup dalam menjalani, mengamalkan, melaksanakan roda pemerintahannya. Namun dari generasi ke generasi para pewaris kitab suci ini ternyata bervasiasi di dalam menjalani al kitab suci itu dalam  pemerintahannya, ada yang zalim, ada yang pertengahan (muktasid), dan ada juga yang kaffah sebagai mana yang digambarka Allah berikut ini:

A032








"Kemudian kitab itu kami wariskan kepad orang-orang yang kami pilih di antara hambah- hambah kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat baik dengan izin Allah, yang demikian itu adalah karunia yang amat besar."   (Qs.Faatir:32).


Penggambaran ayat di atas mengisahkan bervariasinya generasi-generasi pengikut para nabi setelah kewafatannya di dalam menanggapi, atau penerimaan mereka terhadap kitab Allah yang dibebankannya, tak terlepas pula bagi umat Islam yang notabene sebagai pewaris  Nabi Muhammad saw, dalam mengamalkan Al Quran mnjadi beberapa variasi sebagai mana yang telah Nabi nubuahkan:

فَقَالَ حُذَيْفَةُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ

dari Hudzaifah ra, bahwasannya nabi saw, bersabda: "Masa kenabian kini kalian rasakan dan Allah akan menghapusnya sampai masa yang dikhedakiNya, lalu muncul masa khilafah dengan mengikuti sistem kenabian, Allah akan mengapusnya pula sampai masa yang dikhendakiNya, kemudian setelah itu muncul kerajaan yang menggigit (mulkan azhon) dan masa ini pun berlalu, setelah itu muncul lagi kerajaan yang zalim/ pemaksa (mulkan jabarriyah) dan ini pun akan hilang sampai masa yang Allah khendaki, kemudian datang kembali khilafa ala Minhaaj al-Nubuwwah, setelah itu nabi saw diam."  (HR. Musnad Imam Ahmad hadits no.17680).

Masa kenabian yang dimaksud hadist tersebut adalah masa hidupnya Nabi Muhammad saw, selama 63 th, masa setelahnya adalah pemerintahan khulafa rasidin yaitu mereka yang lebih dahulu melakikan kebaikan (sabikhul khoirat) diantaranya Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali bin Abu Thilib ra. di katakan sabikul khoirat dikarenakan mereka lebih dahulu memperaktekan bentuk pemerintahan dengan sistem khilafah ala minhaaj, nubuwwah yang berpedomankan al Quran dan sunnah jika pemerintahan mereka di gabung lamanya adalah 30 th, kemudian masa yang ketiga setelah sabhul khoirat adalah kerajaan yang menggigit, dikatakan kerajaan dikarenakan di dalam memilih pemimpin tidak lagi dengan sistem musyawarah mufakat, tetapi langsung di tunjuk kepada anak, cucu, dan saudara-saudara pemimpin tersebut, ada pun yang dimaksud dengan menggigit ialah masih berpedoman kan al quran dan sunnah nabi meskipun banyak penyimpangan-penyimpangan di dalam pengamalannya, salah satunya penyimpangannya ialah tidak adanya lagi sistem musyawarah di dalam memilih pemimpin, jika kita lihat sejarah yang berlalu mereka itu adalah Bani Umayyah +- 90 th, Bani Abbasiah dan Utsmaniah masing-masing berjaya -+ 500 th,  mungkin saja mereka dikatakan pertengahan (muktasidun), setelah lengsernya Abdul Majid II dari kedudukannya sebagai kepala negara Bani Utsmaniyah yang berpusat di Turky, maka sistem kerajaan Islam telah dihilangkan oleh Ghazi Mustafa Kemal Pasha dan beralih menjadi negara nasional dan sekuler. maka inilah yang dikatakan nabi masa pemerintahan raja yang zalim (mulkan jabbariyah), dikatakan mulkhan jabarriah  ialah membuang seluruh al kitab suci dari kehidupan berbangsa dan negara, maka raja- raja inilah yang menentukan baik buruknya, halal haramnya, boleh tidaknya segala sesuatu yang mesti dikerjakan di dalam peraturan undang-undang kehidupan masyarakatnya yang mesti di patuhinya, (pendek kata, pemimpin ini lah yang membuat aturan untuk rakyatnya). Masa pemerintahan inilah yang sekarang kita alami entah kapan berakhirnya hanya Allah lah yang menghendakinya hilang, namun yang pastinya jika masa pemerintahan ini menghilang maka akan muncul kembali adalah  pemerintahan Kekilafahan yang bersistemkan kenabian (minhaju,nubuah.), jika kita memperhatikan hadist - hadits nabi saw tentang akhir zaman maka pemerintahan ini adalah penutup dari pada risalah kenabian khususnya nabi Muhammad saw, dan setelah itu adalah huru hara hari kiamat yang telah Allah janjikan kedatangannya, pemerintahan ini berjaya -+ 7 tahun lamanya, mengembalikan  manusia menyembah kepada Allah yang seblumnya manusia menyembah berhala-berhala demokrasi sekulerisme, liberalisme, sosialisme,dll.
Nabi Muhammad saw, begitu gamblang dan jelasnya di dalam memberikan pengajaran dan bimbingannya kepada umatnya agar selalu di ingat bagai mana seharusnya menjalani bentuk pemerintahan yang mendapatkan izin Allah atau ridho Allah, maka orang yang mengaku agama islam atau umat Muhammad yang di warisi alkitab suci Al Quran mesti memilih pemerintahan yang berbentuk kekilafahan minhaju,nubuah. Ada pun memerintahan yang mendapatkan kemurkaan Allah swt adalah pemerintahan zalim yang bentuk pemerintahanya ialah apa yang telah Allah firmankan berikut ini:

 5:45

"Kami telah menetapkan bagi mereka di dalam nya (alkitab suci taurat) bahwa nyawa di balas dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi. dan luka luka (pun) ada qishosnya. Barang siapa yang melepaskan hak khisosnya maka itu (menjadi) penebus dosa baginya.Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang di turunkan Allah (al kitab suci), maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (qs. Al Maidah:45).

Maka jika kita mengambil kesimpulan dari hasil pelajaran sejarah kerajaan -kerajaan yang berlalu, bahwa bentuk pemerintahan saat ini di seluruh negri, ialah pemerintahan yang zalim, yaitu Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang di turunkan Allah (al kitab suci), maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (sekulerisme). Maka pesan nabi jika kita hidup di dalamnya ialam mesti melepaskan diri darinya, artinya kita jangan sampai menjadi rakyat yang membatu pemerintahannya apa lagi mnjadi petugas-petugasnya, sebagai mana nabi sabdakan:

"Dari Aidz Bin Amr, ra. Bahwasannya ia masuk kerumah Ubaidillah Bin Ziyad dan berkata:" Wahai anak ku sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda:" Sesungguhnya pemimpin yang paling jahat adalah pemimpin yang zalim maka jangan engkau termasukgolongan mereka." (mutafaq alaih). = (Bukhori dan Muslim).

Diriwayatkan dari Muadz Bin Jabal ra, bahwasannya Rasulullah saw, bersabda:" Terimalah pemberian selama ia masih bersifat pemberian, bila ia berubah menjadi suap janganlah diterima. Tapi sayang kalian tidak akan meninggalkan suap karena kalian dilanda kefakiran dan kemiskinan. Sungguh roda Islam berputar , maka berputarlah kalian bersama Al Quran, tetapi akan kalian temui dimana Al Quran dan kekuasan akan terpisah maka janganlah kalian berpisah dengan Al Quran ( tetapi tinggalkanlah kekuasaan), dan akan kalian temui para pemimpin yang memmanfaatkan hukum untuk kepentingan mereka bukan untuk kepentingan kalian. Jika kalian menentang,  mereka akan membunuh kalian, dan jika kalian taati, kalian akan tersesat." Lalu para sahabat bertanya: "Apa yang mesti kami lakukan ?." Rasul menjawab:"Lakukanlah seperti yang dilakukan pengikut nabi Isa as, (meskipun) mereka digergaji tubuhnya lalu di gantung diatas tiang. Kematian dalam mentaati Allah lebih baik dari pada hidup mendurhakai Allah." (HR. Abu Nuaim). 

Dari hadits tersebut banyak sekali pembelajaran yang mesti diambil terutama dizaman sekarang ini yang mana memang di nubuahkan untuk mengadapi masa sekarang, yang pertama ialah roda Islam berputar maknanya ialah bahwa apa yang dinubuhkan nabi saw, tentang beralihnya pemerintahan yang bersistem Islami akan mengalami pergeseran sedikit demi sedikit yang akhirnya Al Quran dan pemerintahan terpisah berganti menjadi pemerintahan demokerasi sekulerisme yang sifatnya ialah pemimpinnya memmanfaatkan hukum untuk kepentingan mereka bukan untuk kepentingan kalian, lalu pemberian berubah menjadi suap- menyuap. maka pesan nabi saw, ialah berpegang teguh dengan Al Quran dan tinggalkan kekuasan demokerasi sekuler, jangan mentaatinya meski pun dianggap pemberontak dan mengalami pesiksaan -penyiksaan seperti apa yang di alami pengikut nabi Isa as hingga mati.
Pemerintahan yang zalim adalah para menguasa yang menjalani roda pemerintahannya tidak berdasarkan Alkitab suci Al Quran yang diwariskan Nabi Muhammad saw, di dalam memimpin umat, mereka menjadikan al kitab suci yang terbuang di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada hal fungsi dari pada Al Quran Allah menurunkan nya sebagai pemutus perkara (hakim), dan yang menjalani tugas ini tidak ada yang lain kecuali pemerintahan, sebagai mana yang telah Allah firmankan:

http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/4_105.png


"Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat." (qs. An-Nisa:105).

Maka menjadikan al ktab suci sebagai undang-undang negara itu, sama artinya kita bekerja atas perintah Allah, dan  mematuhi atau mentaati aturan yang berdasarkan perintah Allah itu, sama artinya kita menjadikan Allah sebagai pemimpin (panglima tertinggi), dan menjadikan Allah sebagai pemimpin itu, sama artinya kita berhakim (menyerahkan urusan) atau bertaqwa kepada Allah, menjadika Allah satu-satunya sebagai hakim kita itu sama artinya, bahwasannya kita telah mempertuhankan Allah dan mempertuhankan Allah ini jalan yang lurus, dan inilah hidup yang mendapatkan keridhoan dari Allah swt.
Penyembahan manusia kepada Allah hanya bisa dilakukan dengan adanya pemerintahan yang lurus dan benar, yaitu pemerintahan yang menjalani atau melaksanakan undang-undang Al Quran sebagai peraturan. Sebab kepatuhan atau ketaatan seorang hambah kepada Allah hanya bisa dilakukan dengan adanya kepemimpinan seseorang yang melaksanakan atau menjalani semua perintah-perintah Allah.. Sebagai mana Allah telah berfirman dan diperkuat oleh sabda Rasulullah saw.
 4:59
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya" (Qs.An-Nisa:59).

 4:80
"Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka." (Qs. An-Nisa:80).

 204 حَدِيْثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَ مَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ، وَ مَنْ أَطَاعَ أَمِيْرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي، مَنْ عَصَى أَمِيْرِي فَقَدْ عَصَانِي.   (أخرجه البخاري)
Artinya:
Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Siapa yang taat kepadaku maka berarti taat kepada Allah, dan siapa yang maksiat kepadaku berarti maksiat kepada Allah, dan siapa yang taat kepada pimpinan yang aku angkat berarti taat  kepadaku, dan siapa yang melanggar amier yang aku angkat berarti melanggar kepadaku (Bukhari, Muslim).


Meskipun manusia pada umumnya dan umat islam khususnya yang telah mengaku telah diwarisi al kitab suci Al Quran dari nabi Muhammad saw, namun jikalau kitab suci itu tidak dijadikan sebagai panglima tertinggi pemerintahan dan lebih mengutamakan peraturan selain Islam, maka sama halnya kita sedang mentaati, mematuhi atau mempertuhankan Iblis/syetan yaitu pemerintahan yang bekerja atas dasar hawa nafsu, Allah menyebutnya dalam Al Quran Thaghut.
 25:43
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawanafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya."
 4:60
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya" (Qs.An-Nisa:60).

Ayat diatas mengatakan yang menjadi peran utama dalam pemerintahan zalim ialah syetan yang hendak menyesatkan manusia dari jalan syareat Allah sejauh-jauhnya, ayat ini mengisahkan tentang Yahudi dan Nasrani namun tidak menutup kemungkinan Umat Islam saat ini sebagai mana Allah katakan  orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu?, ini adalah suatu ikrar umat islam dalam rukun Iman yang ketiga, yaitu beriman kepada semua kitab-kitab yang telah Allah turunkan Yaitu Taurat, Zabur, Injil dan Al Quran, namun ikrar mereka hanyalah dimulut saja tidak lebih dikarenakan ia telah mengutamakan berhukum kepada thaghut tersebut. Yang dimaksud thaghut dalam ayat ini ialan bisa keputusan Dukun, Paranormal atau Undang-undang produk hawa nafsu entah itu Demokerasi Liberalisme, Sosialisme, Atheisme dan Sekulerisme. Maka perjanjian atau sahadatain mereka kepada Allah dan RasulNya batal, tidak diterima sampai mereka kembali kepada Al Quran dan mengingkari thaghut tersebut, maka yang membuat aturan thaghut tersebut dan memaksakan untuk ditaati oleh rakyatnya tak ubahnya bagaikan merampas hak progratif Allah di dalam mengatur mahluk ciptanNya (menjadi tuhan). Ada pun orang-orang yang menerimanya dan redho berhukum kepada thaghut ini, maka ia bagaikan menyembah berhala, atau bagaikan orang yang menyembah manusia yang membuatnya (musyerikin). Sebagai mana yang telah Allah kemukakan kepada Yahudi dan Nasani yang telah mempertuhankan Rahib-Rahib dan Ali Ulamanya, berikut ini ayatnya:
9:31
"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (Qs.At-Taubah:31).

"Mereka" pada ayat tersebut ialah Yahudi dan Nasrani, namun tidak menutup kemungkinan siapa saja yang mengikuti jejak-jejak mereka termasuk dalam ayat ini. ketika Rasulullah saw, menyampaikan ayat tersebut maka salah seorang Nasrani yang bernama Hadi Bin Hatim yang pada saat itu mengenakan kalung salib pula mendatangi Rasul saw dan berkata: "Ya Muhammad waktu kami di Absinia (Ethopia) kami tidak menyembah/memuja mereka". Rasulullah saw menjawab:"Bukankah suatu yang Allah haramkan lalu Rahib-rahib dan Ulama kalian mengalalkannya dan apa bila Allah menhalakan sesuatu mereka mengharamkannya, lalu kalian sepakat mentaatinya?". Adhi Bin Athim menjawab:"Ia" !  lalu Rasulullah saw menjelaskanya:"Itulah penyembahan kalian kepada mereka". (HR ath-Thabrani ).

sebagai mana Allah swt berfirman:

3:23
"Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu Al Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapakan hukum diantara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran)." (Qs.Al-Imran:23).
 
Oleh sebab itu perlu di ingat betul-betul atas perintah siapa kita melakukan aktifitas amal sholeh di dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, pemimpin yang seperti apa yang kita patuhi dan taati seruannya, bentuk pemerintahan yang model apa yang misti kita bantu dan pertahankan. Jika kita mengikuti, mentaati, mematuhi sebuah aturan kehidupan yang aturan itu berasal/ bersumber dari Allah (Al Quran),  tentu kita telah menyembah Allah, sedangkan orang-orang yang menjalaninya (petugas/wali) hanya penyampai saja seperti yang sudah diamalkan nabi Muhammad saw dan khulafa rasidin, mereka inilah yang disebut pemimpin yang bekerja Atas perintah Allah.

 21:73
"Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpi-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka, mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah." (Qs.Al Anbiyaa:73).

 "mengerjakan kebajikan," disini ialah amarmahruf nahimunkar buat dirinya dan juga terhadap rakyat-rakyat yang tidak patuh terhadap undang-undang Allah, maka di sini lah pentingnya seorang hambah itu mentaati amirnya, menghambahkan diri kepada seorang khalifah yang mentaati aturan Allah.. Dan tidak boleh memberontak sekali pun seorang amir ini terkadang ada penyelewengannya sedikit atas tugas yang dijalaninya.

 "Dari Ummi Husain ra, berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:"Jika kalian dipimpin oleh seorang budak hitam dan hidungnya terpotong dan ia memipin kalian berdasarkan Kitab Allah  maka kalian harus mendengar dan mentaati (perintahnya)." (HR. Muslim).

Seorang pemimpin itu tidak dilihat dan dinilai dari bentuk -bentuk fisik saja namun atas dasar apa mereka memimpin umat, bila ia bekerja memimpin umat atas dasar kitab Allah kita mestim taat dan membantunya dikala kesulitan "saminaa wa athona" , sebab mereka tidak mengada-ngada (bid,ah) dalam menjalani aturan Allah. Jika mereka mengada-ada membuat (bid,ah) maka tidak ada ketaat bagi mereka miskipun mereka adalah orang-orang yang kita cintai, sebagai man pesan nabi saw:

 حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ حَدَّثَنِي نَافِعٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ

"Dari Ibnu Umar ra, bahwasanya beliau bersabda:"Sesungguhnya seorang muslim wajib mendengar dan taat terhadap perintah yang disukainya atau yang tidak disukainya, kecuali kemaksiatan kepada Allah, jika ia diperintahkan kemaksiatan maka ia tidak wajib mendengar dan mentaatinya." (HR. Bukhori dan Muslim).

Begitu pula dengan diri kita jangan sampai menjadi seorang pemimpin dalam sekala rumah tangga atau pemerintahan yang mengatur orang banyak dengan hawanafsu (ro,yu), dan meninggalkan kitab Allah seperi Firaun, Namrud, Dicyanus, kaum Add dan Samud serta raja-raja yang mengatur umat dengan undang -undang produk hawa nafsu dan inilah kemaksiatan terbesar terhadap Allah, maka mereka itu Allah katakan adalah para pemimpin yang menyeru (mengajak) manusia keneraka Jahanam. Siapa saja yang mengikuti kepemimpinanya ia akan dicampakan ke neraka.

28:41
"Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong." (Qs.AL Qhashos:41).

20:79

"Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk." (Qs.Thooha:79).

40:46 
"Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras." (Qs.AL Ghofir:46).

Fiaraun dan kaumnya dimasukan keneraka disebabkan bersepakat untuk menentang ayat-ayat Allah yang datang kepada mereka dengan memerangi wakil-wakil Allah yaitu Musa as, dan Harun as, dengan kekuatannya teori-teori sesatnya dan juga dengan kekutan persenjataannya.
Maka apa bila para Rahib-rahib, Alim Ulam, dukun dan paranormal serta para pembesar diseluruh negri ini yang mengatur rakyat dengan semaunya, karena mengartikan makna penyembahan secara sempit yakni hanya sholat atau sujud didepan orang yang dianggap tuhan, maka kalian tidak akan menyadari penyembahan manusia kepada kalian, kalian tidak akan pernah menyadari jika kalian sedang disembah. Begitu pula bagi orang-orang yang mentaatinya, yang mengartikan makna penyembahan secara keliru, maka ia tak aka pernah menyadari jika sedang menyembah tuhan selain Allah. Mungkin semua manusia pada umumnya akan sama pemikiranya dengan Hadi Bin Hatim didalam mengartikan penyembahan, maka diahkerat nanti banyak para pemimpin yang mengingkari penyembahan manusia kepadanya.

28:63
"Berkatalah orang-orang yang telah tetap hukuman atas mereka; "Ya Tuhan kami, mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu; kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami (sendiri) sesat, kami menyatakan berlepas diri (dari mereka) kepada Engkau, mereka sekali-kali tidak menyembah kami."  (Qs.Al Qashas:63).

"Orang-orang yang telah tetap hukuman atas mereka".  Bukan nabi Isa atau Nabi Uzair as, atau pun bukan pula batu-batu dan pohon-pohon yang dijadikan patung sebagai berhala, mereka hanyalah dikultuskan sementara mereka tidak redho dan bahkan mereka tidak mengetahuinya jika dikultuskan. Ada pun yang dimaksut mereka pada ayat diatas ialah para pemimpin yang memiliki tanggung jawab atas kepimimpinan mereka di dalam mengatur pengikutnya/ rakyatnya, sementara kepemimpinan  mereka tidak sesuai dengan Al Quran dan Asunnah bahkan di tinggalkannya dibelakang mereka. Maka mereka berkata dihadapan Allah swt Ya Tuhan kami, mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu; kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami (sendiri) sesat. karena mereka tidak mengerti makna penyembahan hingga ia berkata kepada Allah mereka sekali-kali tidak menyembah kami." 




2. AD DIEN (AGAMA).


3:85
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi" (Qs.Al-Imran:85).

Allah telah memberikan nama jalan keselamatan menujuNya ialah Al Islam, Islam ini adalah nama agama para nabi dan rasul sepanjang zaman,dan ini sudah final. Allah telah mengaturnya di dalam kehidupan di dunia ini bagaimana seharusnya berislam itu agar selamat diakherat, sejak penciptaan Adam as sampai dengan di utusnya  Muhammad saw sebagai penutup para nabi dan rasul  tidak terlepas dengan adanya sistem Kekhilafahan sebagai pengatur adien, khususnya dienul islam. Sebagai mana Allah berfirman:

2:30
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Qs.aAl Baqaarah:30).

Yang dimaksud seorang khalifah ayat diatas adalah Nabi Adam as, jika logika pendek dan sesat manusia ini berfikir untuk apa Allah mengajarkan Adam yang hanya seorang diri untuk membangun kekilafahan (kerajaan atau pemerintahan) ?. Maka Allah menjawab "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Karena begitu sangat pentingnya sistem kekilafahan bagi kehidupan di dunia, hingga Allah harus mengajarkannya kepada manusia khususnya kepada para pengemban risalahNya yakni para nabi dan rasul dan memang untuk itulah para nabi dan rasul diutus. Yang perlu digaris bawahi adalah bagai mana sih sebenarnya beragama islam itu !!!!. Apakah beragama islam itu hanya ngurusi mesjid saja, atau mengurusi zakat dan haji saja. Jika kita ngurusi dari 3 kelembagaan ini saja yaitu masjid, zakat dan haji ini akan mengakar begitu panjangnya sampai-sampai melibatkan orang banyak untuk mengaturnya, lalu bagai mana ajaran-ajaran agama islam yang lain yang di abaikan, maka disinilah pentingnya membangun suatu komunitas yang islami di bawah sistem kekilafahan. Di dalam Al Quran pun makna Adien, bukan sekedar agama yang pengertiannya begitu sempit, yang hanya ngurusi sarung dan janggut;" dan sudah banyak orang yang mendefinisikannya, diantaranya di dalam kamus Al Munawir hlm, 437 makna Ad dien berasal dari akar kata DYN, yang memiliki arti antara lain: Peribadatan, putusan, kekuasaan, pengaturan, perhitungan atau hisab, kebiasaan dll. Dari sini kita dapat mengambil pembelajaran bahwa setiap sistem hidup adalah ad dien atau agama, oleh karna itu bila seseorang mengatur hidupnya berdasarkan sistem yang telah diturunkan Allah maka ia adalah pemeluk dienullah (al islam), ada pun orang-orang yang telah mengambil aturan hidupnya yang berdasarkan sistem hidup yang dibuat oleh manusia entah itu nasionalisme, sekulerisme, liberalisme, marxisme dll, maka ia adalah pemeluk ad dienunnas (agama manusia) seperti Yahudi dan Nasrani, Hindhu, Buddha, khonghucu dll yang semua ini mengaku nama sebuah agama namun seneng betul, gembira banget hidup dibawah naungan sistem syetan, pada hal mereka-mereka pun punya kitab yg mereka ciptakan sebagai rujukan sendiri. Yahudi punya Taurat dari Allah, yang sudah gak asli  begitu pula Nasrani, Hindu punya veda, Buddha punya Tripitaka, Khonghucu banyak antara lain Kitab Ajaran Besar, Kitab Tengah Sempurna, Kitab Sabda Suci, dan Kitab Meng Zi dll.

Kembali keayat awal "wai,dd" "Ingatlah". Artinya kita jangan melupakan untuk apa kita (manusia ) Allah ciptakan dan tinggal dimuka bumi berperan, Allah memfirmankan yaitu menjadi khalifah, Apa khalifah itu ? dan apa tugasnya ?. Allah yang notabe menjadi sesembahan manusia dan juga raja yang menciptakan alam semesta berserta isinya, memang patutlah Allah dikatakan raja, karena sifat raja itu menciptakan atau menjadikan sesuatu yang tidak ada jadi ada, inilah yang dikatakan raja yang sesungguhnya, yang mana luas kerajaan Allah adalah meliputi langit dan bumi, jika luasnya bumi dibandingkan dengan luasnya alam jagat raya ini dan arasy Allah, bagaikan seorang yang meletakan uang logam diatas tampah (priuk) raksasa. Jika suatu wilayah yang sangat luas tidak ada nya sebuah aturan tentu akan mengalami kerusakan - kerusakan yang luar biasa, desain aturan yang telah Allah buat dialam raya ini begitu canggihnya, begitu rapihnya dan begitu menakjubkan sehingga satu dan yang lainya saling terkait, perputaran planet-planet menempati porosnya masing-masing membuat kehidupan di alam raya ini berjalan dengan  seimbang,  dan juga adanya siang dan malam Allah atur membuat kehidupan  manusia dibumi bejalan teratur, ini semua adalah Allah yang ciptakan dengan iradatNya sejak zaman ajali (dimana blum terciptanya manusia) dan tidak ada campur tangan manusia, ada satu aturan Allah lagi yang memang tugas ini diamanatkan untuk dijalaninya kepada manusia yaitu kekhalifahan dimuka bumi, jadi manusia adalah wakil Allah yang mesti menjalani aturan Allah diwilayah kerajaanNya yaitu bumi. Jika ada yang bertanya mengapa mesti dibumi ? kenapa ga dilangit atau dialam yang lain, sebab dilangit sudah Allah amanatkan kepada para malaikat, begitupula dengan jin islam masing-masing di alamnya ada pun manusia ya disini yaitu bumi.

38:26

"Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitunga" (Qs.Shaad:26).

Ayat diatas menerangkan fungsi  dan tugas seorang khalifah yaitu  maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Tugasnya mengadili manusia dengan wahyu dan fungsinya membimbing (ngajarin agama islam) manusia kejalan Allah, atau menyelamatkan manusia dari jalan hawa nafsu yang membinasakan. Begitu pula kepada nabi Muhammad saw, Allah telah mengamanatkannya sehingga ia diangkat menjadi nabi sekaligus rasul.

 4:65
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya" (Qs.An-Nisa:65).


عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ
[حَديثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَرَوَيْنَاهُ فِي كِتَابِ الْحُجَّة بإسنادٍ صحيحٍ ]
 "Dari Abu Muhammad Abdillah bin Amr bin ‘Ash radhiallahuanhuma dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa"  (hadts arbain, an nawawi).

Apakah yang dibawa oleh Rasulullah saw,?  tentu saja tidak ada yang lain yang dibawa oleh Rasulullah saw, adalah aturan-aturan Allah yang menyangkut kemasalahatan orang banyak dan karena nabi adalah wali Allah dimuka bumiNya.

 5:48
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu," (Qs.Al Maidah:48).

 "Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan ". Nabi Muhammad saw, sebagai wakil Allah dimuka bumi yakni khalifahNya mesti memutuskan perkara manusia sesuai apa yang di wahyukan Allah kepadanya, dan persoalan ini bukan hanya menyangkut perdata dan pidana saja, melainkan seluruh persoalan hidup kita yang dirasa menyulitkan dalam kehidupan ini, dari mulai bangun tidur sanpai tidur lagi, mulai dari hubungan kepada sesama manusia sampai berintraksi kepada alam dan sekitarnya, dst. " Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.  Ialah risalah kenabian seblum nabi Muhammad saw, diutus, seperti nabi Ibrahim, nabi Nuh, Muasa dan Isa as mereka semua itu adalah wakil-wakil Allah yang telah membawa aturan dan jalan yang terang dari Allah, ada pun yang dimaksud dengan Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja)." Maknanya ialah, bahwa Allah bisa saja berkata kepada manusia yang ada dibumi ini agar hidup bebas tanpa ikat peraturan yang diberlakukan oleh Allah sehingga mereka tidak perluh lagi berselisih di dalam menjalani kehidupan ini dengan mengambil sebuah aturan, namun mengapa Allah tidak berfirman yang demikian, kareana Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka dari sepanjang perjalan sejarah di utusnya para Rasul itu pasti ada perselisihan yang terjadi diantara manusia yang satu patuh dengan aturan yang diberikan Allah dan yang lain menentangNya, seperi Adam dan Iblis, seperti Musa dan Firaun, seperti Ibrahim dan Namrud dll.sampai hari kiamat tiba hal ini akan terus terjadi.



Donwload ebook disini

Tidak ada komentar: